Detective Conan Movie tahun ini cukup melunasi kekecewaan saya akan film tahun lalu dan plot Organisasi Hitam yang ditunda setahun ini demi kasus-kasus geng polisi Amuro. Di sini saya akan mengulas bagaimana film ke 25 dari waralaba Detective Conan menyajikan kembali nuansa yang absen dari film-film Conan beberapa tahun terakhir. Selain itu, saya juga akan menyoroti plot holes beserta hal-hal yang bisa diperbaiki dari filmnya.
Disclaimer: Ulasan ini mengandung spoiler. Jika kamu belum menonton The
Bride of Halloween dan bermasalah dengan spoiler, saya sarankan mundur dulu.
Film
Detective Conan ke 25 ini bertajuk The Bride of Halloween alias Pengantin
Halloween. Cerita dimulai saat Amuro meringkus narapidana yang kabur. Sosok berjubah memasangkan bom kerah padanya.
Seraya bersembunyi menjinakkan bom, ia meminta bantuan Conan untuk menguak
pelaku. Conan diharuskan membuka masa lalu 4 polisi yang pernah mengejar
teroris bayaran buron internasional bernama Plamya. Rentetan peristiwa yang melibatkan calon pengantin, sekelompok orang Rusia,
Conan, dan yang lainnya, berujung pada festival Haloween
di Shibuya.
YANG SAYA SUKA
Oke, jadi, mari kita bahas hal yang
baik-baik dulu, ya!
Tension-Building yang Rapi
Menurut saya,
hal terpenting dari film bergenre misteri-aksi adalah kemampuan kreator
membagi momen penting sepanjang film. Hal inilah yang saya sukai dari The
Bride of Halloween. Peletakan tensi merata sehingga tidak membuat saya
mengantuk di tengah-tengah. Kendati kasus di film ini cukup sederhana, banyak
rentetan kejadian di dalamnya sehingga plotnya terasa padat. Film ini diisi
oleh subplot menarik kilas balik Amuro dan teman-temannya, serta perkumpulan geng
misterius Rusia yang awal kemunculannya persis sekte aliran sesat—memberi nuansa Halloween film ini. Hal ini berbeda dengan film
sebelumnya, The Scarlet Bullet, yang banyak diisi oleh adegan tidak penting, seperti kencan Yumi dan Shukichi, yang membuyarkan
fokus alur utama.
Memainkan Banyak Rentang Emosi
Film menjadi
berkesan apabila memainkan rentang emosi penonton secara lebih luas dan proporsional.
Sebagai film waralaba bergenre misteri, Detective Conan pastinya cenderung serius. Namun, entah hanya perasaan saya atau
Detective Conan baru-baru ini, termasuk The Bride of Halloween, lebih lucu dari
film-film lama Conan. Selain itu, poin plus dari film ke-25 ini adalah memiliki
subplot yang cukup emosional sekaligus wholesome. Saya puas dengan keberadaan momen sentimental mendekati akhir film,
yang tidak selalu ada di film Detective Conan.
Adegan Aksi Skala Kecil yang Dieksekusi dengan Baik
Aksi adalah
komponen vital di film ini. Saya suka bagaimana kreator membawa kembali pendekatan adegan aksi di film-film Conan terdahulu yang lebih sederhana. Old school. Seperti kita tahu, film-film
Conan dewasa ini, sejak film ke-18 (Dimensional Sniper) selalu menganut paham
“makin banyak yang hancur, makin seru”. Di film-film sebelumnya, kita melihat
satelit jatuh, puncak Marina Bay jebol, kereta peluru merangsek ke stadion, bianglala
menggelinding, dan lain-lain. The Bride of Halloween tidak memiliki adegan
bangunan besar runtuh atau kejar-kejaran mobil. Namun, berhasil menciptakan
ketegangan serupa dengan aksi berskala kecil. Hal ini karena eksekusinya tepat secara sinematografi, dengan cara direkam close-up atau
dari dekat. Metode pengambilan gambar tersebut menjadikan adegan sederhana,
seperti kejar-kejaran di gedung terasa lebih apik.
Hal-Hal Positif Lainnya
Selain
hal-hal yang sudah disebut, ada beberapa poin lain yang digocek The Bride of
Halloween. Ada banyak karakter di Detective Conan Movie 25, tetapi mereka bukan
sekadar gimmick yang tidak
menyumbang peran, layaknya beberapa tokoh di film tahun sebelumnya. Posisi
Conan sebagai tokoh utama juga tidak dibayang-bayangi oleh karakter lain, tidak seperti di beberapa film sebelumnya pula. Selain itu, trailer film The Bride of Halloween menyembunyikan
kejutan-kejutan, seperti tokoh bernama Erenika, geng Rusia dan calon pengantin sebenarnya dalam film.
Bom sebenarnya selalu terlampau sering dipakai di film Conan, tetapi hal-hal positif yang saya tulis di atas cukup mengobati kebosanan itu. Selain itu, mekanisme bom
yang meledak saat cairan biru bertemu cairan merah muda, mengandung petunjuk (foreshadowing)
bahwa bom terakhir akan meledak saat pernikahan—saat laki-laki, yang biasa
direpresentasikan dengan warna biru, bersatu dengan perempuan, yang biasa
direpresentasikan dengan warna merah muda.
YANG SAYA KURANG SUKA
Nah, setelah
membicarakan baik-baiknya, mari membicarakan buruknya dan yang bisa diperbaiki.
Beberapa Plot Holes yang Mungkin Tak Disadari
Setelah
merenungi cukup dalam, saya menemukan beberapa plot holes di film ini,
yang untungnya tidak terlalu mudah disadari. Tentu saja segmen ini akan penuh
dengan spoiler.
Plot hole pertama adalah alih-alih
langsung meledakkan bom kerah di leher Amuro, si pelaku menanti hingga mendekati
akhir film. Kita tahu pelaku sangat ingin membabat Amuro. Ia sebenarnya memiliki cukup banyak kesempatan, ia seharusnya tidak perlu
menunggu. Well, plot hole ini mungkin bisa disangkal dengan argumen bahwa
si pelaku berniat meledakkan bom kerah Amuro di keramaian untuk membunuh banyak orang dalam sekali tekan.
Plot hole kedua adalah ketika Conan dan
Detektif Cilik dijebak ke lantai 6 gedung terbengkalai. Conan berhasil mencegah
Detektif Cilik lainnya ikut terkunci bersama bom. Namun, bom yang teraktivasi membutuhkan
waktu satu setengah menit untuk meledak. Jika tujuan pelaku memang untuk
memberantas nyawa Conan dan Detective Cilik, pelaku seharusnya mendesain bom
untuk langsung meledak begitu teraktivasi. Atau setidaknya menyingkat hitung
mundurnya sebisa mungkin. Well, plot hole ini mungkin masih bisa
disanggah dengan argumen bahwa bom yang dirancang pelaku memang memerlukan
waktu untuk meledak, mengingat bom perlu mencampurkan cairan merah muda dan
biru terlebih dahulu.
Plot hole ketiga
lebih ke skeptisisme saya terhadap metode Conan mencegah cairan biru
bertemu dengan cairan pink di jalan Shibuya. Bagaimana pun, saya tidak yakin bola raksasa Conan dapat menutupi
tiap lekuk trotoar di Shibuya sampai tidak ada cairan yang lolos. Ditambah, apakah perempatan Shibuya tidak punya lubang drainase yang dapat mempermudah cairan bom dialihkan ke selokan? Saya juga ragu dengan metode pelaku membanjiri Shibuya
dengan cairan tersebut. Pasti diperlukan puluhan liter cairan peledak agar keduanya menggenang seperti di film dan
menimbulkan ledakan menyerupai bom nuklir.
Misteri yang Kurang Rumit untuk Standar Detective Conan
Kendati sudah
sempat saya sebut bahwa plot film ini padat, kasus di The Bride of Halloween
kurang rumit untuk standar Detective Conan. Tidak banyak hal yang perlu ditebak
atau mengharuskan berpikir dalam. Di sisi lain, itu berarti film ini memudahkan
untuk ditonton oleh orang yang tidak terlalu mengenal Detective Conan. Namun,
bagi saya penggemar cerita yang kompleks, merasa film ini akan makin menggugah
apabila kelindan kasusnya lebih membuat pusing.
Bukan Tema Halloween yang Saya Harapkan
Nuansa apa
yang paling lekat dengan halloween? Yap, horor. Itulah yang pertama kali muncul
di benak saya ketika mendengar bahwa Detective Conan Movie tahun 2022 akan
mengusung tema Halloween. Akhirnya setelah 25 tahun, Detective Conan mengadopsi
subtema horor dalam movie-nya. Namun, sejak trailer
keluar, saya langsung, “Oh, bukan horor”. Walaupun tidak masalah, walaupun
sudah tertolong dengan kemunculan geng Rusia yang awalnya menyerupai aliran
sesat, saya tetap mendambakan nuansa horor di film Detective Conan. Setahu
saya, hanya Phantom of Baker Street saja yang sedikit diwarnai nuansa
horor. Saya menunggu Detective Conan Movie yang plot utamanya menyeramkan,
bermuatan sedikit jumpscare.
KESIMPULAN
Komentar
Posting Komentar